Selasa, 18 Juli 2017

Lorong Waktu

Bismillah..

Sejak saya berstatus pelajar di negeri orang sekitar 2.5 tahun lalu, saya jadi lumayan ga akur sama nulis-menulis. Kebanyakan disandera rasa malas level kronis T.T
Akhirnya setelah draft mangkrak sekian lamaaa (bukan proyek pemerintah kok ini. Eh), bisa juga diselesaikan seadanya begini. Terima kasih sudah mau melawan rasa malas, Rina!

Kenapa judulnya lorong waktu?? Anggap saja setelah melalui berbagai percepatan waktu melalui lorong yg panjang dan jauuuh, kemudian akhirnya sampai di zona waktu sekarang ini. Dengan saya yang sama, Nurina Umy Habibah. Tapi mungkin bukan pribadi yang sama lagi..entah :)

Sudah satu tahun ini. Sekarang status saya semakin banyak, secara de jure maupun de facto (apasih ini malah kayak negara kkk). Secara hukum negara, saya sebenernya udah harus bikin Kartu Keluarga sendiri dengan suami (uhuk!) sebagai Kepala Keluarga. Tapi karena mudik tahun lalu cuma sempat buat ijab qobul, ngunduh mantu, dan quality time sama keluarga..lagian habis lebaran kan kantor pemerintahan belum pada buka, jadi saya dan suami masih ngikut orang tua masing-masing di KK. Secara hukum agama, status saya sekarang adalah istrinya Pak Phisca Aditya..SAH udah pake cap Kementrian Agama (ga perlu nunjukin buktinya kan? ada di buku nikah tuh). Sekarang ini saya juga bukan hanya anaknya Pak Arga dan Bu Wazimah, tapi juga anak mantu Pak Sutopo dan Bu Siti Mariyah. Juga Ibunya anak-anak Pak Phisca Aditya Rosyady..nanti, insya Allah :) (bantu aamiin-kan ya, Aamiin ya Rabbal 'alamiin).


 Udah alay belum? Kkk. Ini buku nikah bonus passport kami. Nurina & Aditya.

Yes, pernikahan merubah banyak sekali status saya! Meskipun tetap jelas, Nurina Umy Habibah binti Arga Muhammad tidak berubah. Apalagi Nurina lab member di Laboratory of Cellular Aging and Neurodegenerative Disease (LCAN). Tetep saya ini "anak ragil"-nya Professor. Kalo suami sih sekarang statusnya bukan "anak Professor" lagi, udah lulus. Satu semester pertama sebagai pasangan suami-istri, kami adalah mahasiswa master yang saling menguatkan dan mendukung studi satu sama lain. Kemudian Pak Phisca Aditya sudah lulus dengan khusnul khotimah. Dan tinggal saya yang masih melanjutkan sisa perjuangan..sedikit lagi, insya Allah.


Nurina tetep anak Professor, masih harus selesaikan studi-nya ya. Fighting!

Dulu satu tahun pertama berada di Korea Selatan, saya ini cuma berkutat lab-dorm di Chuncheon, terus main ke Ibukota kalau bisa aja. Gitu naik subway atau bus bener-bener masih kagok, karena saking ga pernahnya keluar area kampus. Setahun kemudian saya hijrah ke provinsi dan kota lain, kota Anyang. Supervisor saya ganti, otomatis lab tempat "bernaung", belajar, dan bekerja juga pindah (kampusnya masih sama: Hallym University). Tepatnya saya stay di dorm kampus untuk medical student, di kawasan kecamatan Beomgye. Tapi di dorm baru ini ga punya roommate dan ga ada temen senegara.

Belum genap satu semester tinggal di dorm, saya dipinang Pak Phisca Aditya, jadi ya harus hijrah lagi. Masih di kota yg sama (Anyang), cuma beda kecamatan aja. Karena setelah nikah, saya dan suami berkomitmen untuk tinggal seatap jadi masing-masing kami ga mungkin stay di dorm lagi (ga ada family room di dorm kampus saya maupun suami). Meskipun saat itu suami harus rela commute dari rumah (re: one-room) ke lab-nya, 4 jam pergi-pulang dalam sehari. Pak Phisca Aditya kan setrrrong! hihi


Ditinggal wisuda sama pasangan itu rasanya...ada pengen-pengennya gitu. Doakan sebelahnya segera menyusul ya, Mas.

Satu semester kemudian suami lulus, (drama-dramanya skip aja nanti panjang ceritanya haha) terus dapet kerja di sini. Alasan utama beliau berkarir di sini adalah...karena istrinya kkk. Simply, lagi-lagi karena kami berkomitmen untuk tidak menjalani long distance marriage sebisa mungkin. Supaya bisa, makanya kami usaha! (Eh, Mas ding yang usaha. Lha kan saya emang harus stay di sini, masih sekolah kkk). Sambil selalu minta "restu" Allah dan orang tua. Akhirnya takdir meridhai kami untuk tidak LDM..sungguh Allah Maha Baik, kan :)

Dari kantor suami, ternyata memberikan fasilitas one-room (kost-an sepaket sama kamar mandi dan dapur). Jadi genap satu tahun selesai kontak rumah di Anyang, kami pindah lagi. Akhirnya kami kembali hijrah, ke kota lain (masih di provinsi yang sama). Kami pindah ke Osan, dimana one-room kami itu literally sebelahan sama kantor Pak Phisca Aditya. Jadi sekarang giliran saya yang commute. Dinikmati ya, jadi penumpang subway mruput pagi dan malam. Tapi kali ini Alhamdulillah ga sesusah suami dulu. Perjalanan pergi-pulang saya cuma sekitar 3 jam-an dalam sehari.

Serius ya, sejak awal tahu kami harus pindah dan giliran saya yg ngelaju, saya udah selalu minta "ditenangkan" sama Allah. Jadi pas waktunya menjalani, ya bismillah mari kita jalani saja. Saya cuma mikirin banyak hal yang akan berubah. Bukan cuma buat saya, tapi buat suami juga. Saya yang biasanya selalu nanyain, "..Mas, pulang jam berapa?" kemudian akan berubah drastis. Saya yang dulu sering sampai rumah lebih dulu timbang Pak Phisca Aditya, kemudian akan berubah drastis. And it come true! Ritme hidup kami berubah, completely changed. Saya berangkat lebih pagi dari suami, sampai rumah lebih malam dari suami. Kasian ya suami saya kkk.


Pergi mruput, pulang larut. Tapi ku selalu love you, Mas (opoh!). Pardon, cermin di lab tidak kinclong kkk.

Dulu sebelum kami pindah ke Osan, kalo suami saya pamit berangkat ngantor gitu terus saya merasa "oh mas udah memberikan ijin sekalian kan ya buat aku berangkat ke lab". Tapi karena sekarang saya berangkat lebih awal, saya kok jadi merasa harrrus memastikan Mas oke dan memberi ijin saya pergi keluar rumah untuk tholabul 'ilmi. Of course, karena bukan lagi saya yang "drama" ditinggal pasangannya berangkat mruput hehe. Gapapa ya Mas, ditinggal istrinya pagi-pagi, terus baru ketemu lagi malem-malem kebagian capeknya aja. Semangattt ya Pak Phisca Aditya! Bismillah.

Sudah satu tahun saya ketambahan status, sekarang jadi ga single lagi gini, tapi sampe sekarang masih suka tiba-tiba kayak ketarik ke lorong waktu gitu. Dulu sebelum nikah, tepatnya sejak saya merantau untuk studi, lebih spesifiknya sejak saya pindah dari Chuncheon..

I was so alone (bukan lonely ya plisss!), sebelum tidur sama bangun tidur ga ada yang diuwel-uwel. 
I was so alone..masak buat satu porsi, nyuci dan setrika baju seorang aja, beres-beresin barang saya sendiri.
I was so alone..kalo telfon rumah atau sodara, habis itu menikmati mewek-meweknya sendiri hiks.
I was so alone..kemana-mana tinggal cabut ga pake mikirin ada yang ditinggal dan ga ceriwis nanya kapan pulang kalo lagi di kamar sendirian (ga ada yg ditanyain..sedih ya haha).
I was so alone..mau tidur jam berapa, bangun jam berapa, siap-siap berangkat jam berapa, pulang dari lab jam berapa..semua terserah saya.

Dan literally, I was so alone. Ga ada siapapun paling dekat secara lahir dan batin yang nemenin saya, berantem sama saya, nasehatin saya, puk-pukin kalo saya lagi drama. Saya melakukan semuanya sendiri..sendirian. Apalagi setelah pindah dari Chuncheon, praktis saya ga ada temen satu negara ataupun roommate di dorm. Bisa "ngelayap" selain ke lab kalo weekend aja, kecuali ada kerjaan di lab. Bisa kumpul dan ketemu sama temen-temen Indonesia kalo pas sempat aja. Itupun, we have our own business on daily basis kan ya.


Sekarang saat sholat, saya berdiri satu langkah dibelakang imam. Imam hidup saya sampai surga. Aamiin ya Rabbal 'alamiin
P.S: itu cincin kami, yang motoin Pak Phisca sendiri.

Tapi Allah SWT itu sungguh sayaaangnya sama saya ga main-main. Allah menakdirkan saya hijrah dari Chuncheon dengan berbagai konsekuensi, eh ternyata Allah sudah siapkan takdir terbaik untuk itu. Ga sampe satu semester kemudian saya disandingkan dengan partner hidup dunia&akhirat saya. Alhamdulillahi rabbil 'alamiin. Mau protes apalagi coba? Gimana bisa ngeluh coba? Nikmat mana lagi yang bisa saya dustakan?

Lorong waktu yang panjang..ada terjalnya dan ada mulusnya, ada belok-beloknya dan ada lurusnya, ada mendungnya dan ada cerahnya, dan masih terus berjalan ke depan. Saya pribadi selalu berharap "pintu" di lorong waktu saya ini ada dua arah, jadi biar saya bisa flash back juga. Karena demi Allah, wallahi, tidak ada yang ingin saya lewatkan atau lupakan tentang takdir-takdir Allah di masa lalu. Terlebih saya memiliki banyak lagi supporter untuk kehidupan sekarang dan di masa depan. Untuk hidup kami...

Karena kalau udah nikah itu yang hidupnya berubah ga cuma kita lho ya. Adek saya, hidupnya juga berubah. Tetiba punya mas ipar, saingan ganteng di keluarga Kuncen selain Bapak (adek saya anak laki satu-satunya). Ibu saya juga, hidupnya berubah. Nanti kita kumpul kembali di akhirat (amiin ya Rabbal 'alamiin), eh mantu ganteng pertamanya ternyata dari anak nomer 3. Bahkan bulik-iparnya-saudara-sepupu saya aja hidupnya berubah kan hihihi. Dengan atau tanpa terjadinya salah satu takdir ((pernikahan)) dalam hidup kami ini, memang hidup semestinya selalu dinamis berproses terus sesuai skenario Tuhan, bukan? Yes, hidup saya berubah. Melalui lorong yg panjang dan jauuuh, kemudian akhirnya sampai di zona waktu sekarang ini. Alhamdulillahi rabbil 'alamiin :)

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi perjalanan kita..di lorong waktu masing-masing. Baik yang sudah terlewat, sedang terjadi, serta yang akan terlampaui. Mohon Allah, titip Allah..


*Wedding anniversary gift, note for my self and my future-self*