Kamis, 24 Agustus 2017

Para Perayu Tuhan

Bismillah..

Memang sejatinya kita semua ini adalah perayu Tuhan, bukan?
Saya pribadi ketika sedang "jatuh", kalimat (yang mungkin bagi sebagian orang) absurd ini bisa menjadi pegangan bagi saya untuk bangkit kembali: yuk, mungkin Tuhan masih kepengen denger kamu merayu lebih "mesra", memohon dengan sangat dalam doa-doa dan ikhtiar. Yuk.

Saya sebenernya selalu merasa malu dihadapan Allah, setiap doa dan dzikir kok isinya merayuuu terus, memohooon terus, mintaaa terus. Karena saya tidak sanggup mention di hadapan Allah tentang segala usaha-usaha ataupun deeds yang sudah saya lakukan. Mau nyebut sholat sunnah tadi demi dikasih nikmat itu, lah yakin itu ibadah cukup membayar rasa syukur dikasih bisa nafas? Bahkan saya yakin semua ibadah-ibadah saya selama 25 tahun ini dikuadratin, juga tidak akan cukup sekedar "membayar" syukur dikasih bisa melek lagi setelah tidur semalam. 

No, for me faith is not about business or give and take. Sungguh, bagi saya pribadi iman itu tentang keridhoan Allah di hidup kita. Allah memang ga akan "bertranksaksi" dalam memberi, kan? Tuhan tidak memberi untuk meminta balasan setimpal. Kayak hamba ini bisa membalas setimpal gitu, sekedar membalas aja ga mungkin kan. Kalau Allah sudah ridho memberikan kita kemudahan menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh, ya pasti Allah beri ga pake "transaksi".

Tapi ada hal besar yang sungguh saya takutkan, kalau ternyata Allah itu sebenernya tidak ridho. Hanya saja Allah berikan semua nikmat-nikmat ini untuk menguji kita. Bersyukur apa kufur? Atau malah merasa itu kewajiban Tuhan pada kita? First of all, kalau saya bisa melakukannya saya akan pastikan dulu Allah itu ridho. Kalau saya mampu memastikan, saya akan bargain: ya Tuhan mending ga usah aja deh gapapa kok daripada Tuhan tidak ridho. Iya, mending ga usah aja ya Allah daripada saya hidup dikelilingi nikmat tapi ga berkah. Ga ada manfaat yang bisa dirasakan secara langsung ataupun tidak. Ya hidup, ya nafas, ya bisa makan. Tapi..tidak merasa cukup dan tenang, tidak membuat bisa bersyukur dan qona'ah. Katakanlah lahir batin jadi ga merasa mendapat kebaikan dari nikmat-nikmat yang mengelilingi. Kalaupun ga terima dibilang kufur, tapi jadi macam sulit untuk bersyukur. Apa ya itu namanya..hmm, saya sih nyebutnya ga berkah.

Ada lagi yang malah bikin was-was. Merayu Allah, dikasih. Merayu lagi, dikasih. Setiap merayu, dikasih. Langsung. Seneng ya? Iya dong seneng banget minta langsung diturutin, ga pake tunda, ga pake syarat. Bahasa jawanya, langsung nyoh gitu ya. This situation might woken up insecurity. Untuk saya, iya. Bukannya ga bersyukur, cuma jadi was-was ya Allah emang saya pantes ya dikasih begini? Jadi terharu, sekaligus takut ga bisa mencapai level syukur sesuai kadar nikmat yang diberikan hiks. Kalau begini udah speechless aja lah pokoknya. Semoga nikmat-nikmat itu bukan malah berbalik jadi ujian karena terlalu melenakan. Istilahnya takut jadi ga tau diri gitu, karena apa-apa selalu dituruti. Apalagi sampe ngelunjak, nanti pas merayu baru sekali dua kali belum dikasih jawaban terus jadi drama.

Kalau sudah merayu berkali-kali, memohon ga putus-putus, meminta dengan sangat..tapi kok belum ada jawaban. Takdir itu kan hak prerogatif Tuhan. Kata Ibuk saya, siapa sih yang bisa mengintip takdir? No one. Jadi para perayu itu cukup menjalankan tugasnya merayu dan memohon..dengan sangat. Kalau belum dikasih, bisa karena rayuannya belum berhasil, masih waiting list, sedang proses ACC, atau lainnya. Tuhan mungkin menyukai kita yang menghamba, atau Tuhan ingin kita belajar dari reaksi mengeluh bahkan kufur (naudzubillahi mindzalik). Nah, ini kan berarti dalam masa menanti dan menunggu hasil merayu itu kita benar-benar dalam ujian dan pengawasan oleh Allah. 

Satu lagi. Tapikan merayu, memohon, meminta pada Tuhan itu ga boleh pake keyakinan "pasti dikabulkan" ya. Itu namanya mendikte, itu namanya menaruh harapan tidak pada tempatnya. Terus nanti kalau belum dikasih atau ga dikasih jadi berkesimpulan di-PHP sama Tuhan. Kita kan ga tau batas Allah minta kita merayu, memohon, dan meminta itu sampe berapa kali kemudian baru akan dikabulkan. Dan juga Allah ga pernah kasih limit mau merayu, memohon, meminta buat satu dua tiga hal atau banyak juga. Harapan kita itu dimulai dengan semoga rayuannya didengar, bukan semoga rayuannya dikabulkan. 

Bukannya Tuhan Maha Mengabulkan? Benerrr banget, tapi kalau ga didengar, terus apanya yang mau dikabulkan. Saya ini sedang merayu, merengek pada Tuhan, terus kalau ga didengarkan jadi nggonduk kan ya. Jujur saya takut banget kalau pas merayu, memohon, meminta gitu kemudian sok yakin pasti Allah akan kabulkan. Kalau ga langsung dikabulkan, ya mungkin nanti dulu lah ditunda. Nope, padahal ga boleh begitu hiks. Jadi saya harus selalu atur ulang, bukan minta untuk dikabulkan tapi rayu Tuhan untuk rela mendengarkan kita dulu. Kalau kata orang-orang, ketuk pintu langit supaya dibuka sehingga doa-doa kita bisa diteruskan sampai ke Tuhan.

Hmm, jadi maunya gimana sih ini dikasih ga dikasih kok jadi galau gini? Sekali lagi, maunya Allah ridho.
Kalau memang Allah ridho mengucurkan nikmatnya terus menerus, menjawab setiap rayuan-rayuan kita, menghindarkan kita dari banyak mengeluh-kokga dikasih-kasih..ya gapapa. Alhamdulillah, yang penting Allah ridho.
Kalau Allah ridhonya dengan kita dikasih nikmat yang lain, atau sama sekali ga dikasih demi menghindarkan kita dari keburukan yang ga bisa kita terka..ya gapapa. Alhamdulillah, yang penting Allah ridho.
Kalau memang Allah masih kepengen denger kita merayu lebih "mesra", meminta dengan cara yang lebih baik, memohon dengan sangat dalam doa-doa dan ikhtiar..ya gapapa. Alhamdulillah, yang penting Allah ridho.

Yang penting Allah ridho. Tuhan mendengar dengan seksama, meneliti dengan seksama, menyeleksi dengan seksama, serta mengabulkan dengan sungguh-sunguh..seluruh rayuan kita. Kita sebagai para perayu Tuhan ini, tingal berbahagia menikmati segala prosesnya. Tapi kalo ga bisa berbahagia gimana??
Hmm, pahitnya kopi saja bisa menjadi candu kok. Kenapa menikmati 'rasa' kehidupan yang bermacam-macam bilang ga mampu. Bismillah, tangguhkan niat dan nafas yuk untuk senantiasa setia menjadi perayu Tuhan. Merayu hanya kepada Tuhan saja. Merayu lagi. Bismillahirrahmaanirrahiim...




Especially written for part of my soul that devastated because of the life didn't work as planned. Reminder! especially for me, my past-me, and my future-me. Those dramas after unexpected 'red' caution coming. You are just..too drama, Nurina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar